Senin, 07 Juni 2010

Untuk Kita Renungkan

Sebenarnya apa yang terjadi pada kita hari ini

Merupakan apa yang kita inginkan

Kita cita-citakan

Kita bayangkan di hari kemarin

Tuhan sangat pemurah

Dia membuat jalan hidup kita seperti apa yang kita inginkan

Bila Anda memiliki catatan harian,

Coba baca lagi, renungkan,,,

Bukankah seperti ini yang dulu kita dambakan????

Tapi kebanyakan anugrah itu tidak kita sadari

Nikmat itu tidak kita syukuri

Kenapa????

Inilah manusia

Manusia kerjanya hanya menuntut sesuatu yang lebih

Berdoa minta ini- minta itu, yang belum didapatkan

Tapi kita sering lupa, akan apa yang telah kita dapat

Tak seucap kata syukur pun terucap

Dari bibir kita akan apa yang telah diperoleh

Kita cenderung bermimpi untuk meraih langit

Tapi melupakan nikmat, diberi tempat untuk berpijak….

Kesulitan dalam hidup yang kita jalani

Adalah konsekuensi dari pilihan kita

Itu adalah pendamping dari apa yang telah kita dapatkan

Oleh karena itu, hadapi dengan ikhlas

karena merupakan pilihan sendiri

Jangan lupa untuk selalu bersyukur,

Bukankan semakin banyak bersyukur

Semakin banyak tambahan nikmat yang kita dapatkan??

Minggu, 06 Juni 2010

Bahasa Sansekerta

Bahasa sansekerta adalah bahasa yang konon digunakan oleh para kaum brahmana di India yang juga dikenal di Indonesia pada masa lampau. Kata sifat saskta- berarti "berbudaya". Bahasa yang dirujuk sebagai sasktā vāk "bahasa yang berbudaya" secara definisi merupakan bahasa yang "tinggi", dipakai untuk keperluan agama dan keperluan ilmiah. (Wikipedia.org)

Beberapa kata dalam bahasa sansekerta yang patut dipertimbangkan sebagai rujukan untuk memberi nama:

A

Adi : utama, pertama

Aditya : (Dewa) Matahari

Aji: mantra

Amerta : nektar, air kehidupan

Angkasa : langit

Anugerah (anugraha): pemberian

Ardi : gunung

Arya : bangsawan

Asa : jiwa , harapan

Adicita

Adikara

Adipati : raja agung

Adiraja : raja utama

Aksara : huruf

Aksi : mata, sesuatu yang dilihat

Anitya: ketidakkekalan

Asmara (smara): cinta

Atma : jiwa

Atmaja : anak

B

Bayu : angin

Budi : akal

Bakti : hormat, loyal

Bidadari (vidyādharī): makhluk sorgawi

Buana : dunia

Bujangga: ilmuwan

Bumantara : langit

Bumi: tanah

C

Cahaya : sinar

Cakra : roda

Candra : bulan

Cita : pikiran

Citra : gambar

Catur : empat

Cinta : kasih

Cipta : inovasi

D

Dewa : Tuhan

Dewi : dewa perempuan

Dirgantara (digantara): langit

Dwi : dua

E

Eka : satu

Erti (artha): arti, makna

G

Gita : lagu

Gunawan : orang yang bermanfaat

H

Harsa : sukacita

Harta (artha): uang, kekayaan material

I

Irama : ritma

J

Jaya : menang

Jelita : cantik

Juita : manis

K

Karunia : anugerah

Kirana : sinar

Krida : tindakan terpuji

Kusuma : bunga

M

Manikam : Intan

Mega (megha): awan

Mahardika : kebebasan

Mustika : intan

Mutiara

N

Nirmala Nada

P

Permata

Prameswari : permaisuri

Prasetya

Puja

Puji

Purnama

Puspa : bunga

Puspita : bunga

Pustaka

Putra

Putri

Permata

R

Raja

Ratna

Restu

S

Santika

Sari

Satria

Sentosa

Sri

Surya

Santi

T

Tirta : air

Tri : tiga

W

Widya : pengetahuan, ilmu atau pembelajaran

Wijaya

Y

Yoga : orang yang bersemedi

Yogi : orang yang beryoga

Yuda : perang

Bahasa Jawa

Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah Bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah satu hasil kebudayaan suku Jawa yang bertempat di Pulau Jawa tepatnya mulai Jawa Tengah, Yogyakarta, sampai Jawa Timur. Variasi keadaan geografis menyebabkan munculnya berbagai ragam logat/dialek dalam bahasa Jawa. Misalnya di Jawa Timur terdapat sub-kultur Mataram (Kediri ke arah barat), sub-kultur Pesisir (Gresik, Tuban, Lamongan), dan sub-kultur Arek (Surabaya dan Malang), dimana bahasa Surabaya-an dipengaruhi oleh sub-kultur Madura (Pujileksono, 2009:127). Bahasa Jawa mengenal tingkatan bahasa yaitu perbedaan bahasa yang digunakan karena adanya perbedaan kelas sosial dalam masyarakat. Perbedaan kelas sosial yang mempengaruhinya yaitu stratifikasi sosial berdasarkan jabatan, umur, atau orang yang dipandang terhormat. Dalam bahasa Jawa terdapat tingkatan-tingkatan bahasa, hal ini karena orang Jawa sangat memperhatikan unggah-ungguh (tata karma). Tingkatan-tingkatan tersebut adalah : 1. Basa ngoko (Bahasa kasar) digunakan oleh orang yang lebih muda, sederajat, seumuran, dan akrab. Ngoko terbagi atas ngoko lugu (ngoko yang sangat kasar) dan ngoko alus. Perbedaan antara ngoko kasar terletak pada subyek (jejer) apabila menggunakan kata ganti orang dan kata kerja (wasesa)*. 2. Basa krama (Bahasa halus) digunakan kepada orang yang lebih dihormati, orang yang lebih tua. Bahasa ini juga dibedakan menjadi dua yaitu krama lugu/madya (krama yang agak kasar) dan krama inggil. Keduanya juga dibedakan dari subyek (jejer) apabila menggunakan kata ganti orang dan kata kerja (wasesa)*. * untuk wasesa dapat dilihat pada pepak untuk ngoko alus dan krama alus dilihat di krama inggil. Sedangkan krama madya dilihat di krama madya Contoh: Kamu membeli gula di pasar. S P O K a. Ngoko lugu Awakmu tuku gula ing pasar. J W L K b. Ngoko alus Panjenengan mundhut gula ing pasar. J W L K c. Krama lugu Sampeyan tumbas gendhis wonten peken. J W L K d. Krama alus Panjenengan mundhut gendhis wonten peken. J W L K Keterangan: S (subyek) = J (jejer) yang melakukan pekerjaan P (predikat) = W (wasesa) kata kerja O (obyek) = L (lesan) yang dikenai pekerjaan K (keterangan) = K (katrangan) kata keterangan dapat meliputi keterangan waktu, keterangan tempat, atau keterangan keadaan

Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan salah satu produk suatu kebudayaan. Bahasa (n) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran (KBBI 1990:66). Bahasa sebenarnya tidak bersifat universal karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa tertentu (Bahasa Indonesia, Bahasa Perancis, Bahasa Jepang, dll.), kecuali adanya kesepakatan internasional seperti Bahasa Inggris, hal ini tidak terlepas dari faktor sejarah dimana dahulu Inggris memiliki daerah jajahan yang terluas dan tersebar di mana-mana.

Bahasa terbagi menjadi dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa lisan berkembang lebih awal daripada bahasa tulisan, hal itu dapat dibuktikan dengan adanya dua fase dalam sejarah yaitu fase prasejarah dimana masa-masa ini belum dikenal tulisan mendahului fase sejarah dimana pada masa-masa itu telah dikenal tulisan. Indonesia memasuki masa sejarah sekitar abad ke-5 Masehi dengan bukti ditemukannya batu tertulis (yupa) tertua peninggalan kerajaan Kutai.

Ciri khas masyarakat berbudaya lisan adalah:

1) Menekankan komunikasi tatap muka

2) Keakuratannya tergantung pada penggunaan bahasa verbal dan kemampuan mengingat pesan yang disampaikan

3) Dapat tercipta dialek baru

4) Mengandalkan indera pendengar

5) Bersifat monolitik, tanpa bertanya-tanya

6) Antara mitos dan realitas dilebur menjadi satu

7) Memori dapat terganggu setiap waktu

8) Orang yang memiliki pengetahuan dapat membatasi orang lain untuk berbicara

Perkembangan selanjutnya adalah ditemukannya tulisan yang awalnya merupakan simbol-simbol tertentu berupa garis atau gambar untuk mengingat pesan. Keunggulan budaya tulisan dibandingkan budaya lisan adalah:

1) Dapat mengumpulkan berbagai ingatan dan menyatukannya

2) Memiliki sifat permanen

3) Dapat digunakan untuk komunikasi berjarak

4) Mempersatukan suatu komunitas dalam suatu kerajaan

5) Membangun sebuah sejarah umat manusia dalam kurun waktu tertentu

6) Informasi dapat dikumpulkan untuk generasi masa depan

7) Memungkinkan rasionalitas yang tinggi